IN: Saya Sudah Pasrah

oleh -500 Dilihat

Sumbawa Besar, SR (24/05/15)

Sakit hati sudah pasti dirasakan IN. Perjuangan gadis cantik asal Palembang ini untuk mendapatkan RN calon pendamping hidupnya, sia-sia. Ternyata RN sudah memiliki kekasih lain yang menggantikan posisinya di hati pria yang kelak diharapkan menjadi imam dalam hidupnya. Calon dokter hewan ini harus pulang dengan tangan hampa, perasaan kecewa, dan bathin yang tersiksa. “Dia sangat tega,” ucapnya IN lirih saat ditemui Samawarea di Rumah Aman LK3S Dinas Sosial Kabupaten Sumbawa, kemarin.

IN saat diwawancarai wartawan
IN saat diwawancarai wartawan

RN dengan senyuman yang sedikit tertahan melukiskan betapa indahnya masa lalu saat menghabiskan waktu bersama RN yang kini telah menjadi seorang dokter hewan dan mengabdi di sebuah kecamatan wilayah Kabupaten Sumbawa. Dunia maya lah yang menjadi ikhwal perkenalannya dengan RN. Melalui jejaring sosial facebook ini dua hati insan berlainan jenis ini terpaut. Hubungan asmara itu kian terpatri karena ternyata mereka berada di universitas dan fakultas yang sama di Surabaya. “Hanya saja dia kakak tingkat saya,” ucap IN.

Waktu empat tahun tidak sedikit. Hari demi hari selalu dilalui bersama, istilahnya dunia terasa milik berdua yang lain menumpang. Orang tuanya pun sangat setuju melihat hubungan tersebut. Apalagi di mata keluarga, RN adalah pria yang baik dan sopan. Sinyal inipun membuat mereka semakin lengket seperti perangko.

Praharapun mulai muncul. RN yang telah menyelesaikan studinya berhasil menyandang gelar sebagai dokter hewan (drh). Bahagia bercampur sedih menghinggapi relung hati mahasiswa semester akhir ini. Begitu menusuk. Bahagia karena RN telah berhasil menjadi pria sempurna di matanya, sedih sebab harus menerima kenyataan akan terpisah jarak, mengingat RN akan meninggalkan Kota Surabaya pulang ke kampung halamannya, Sumbawa Besar. Namun yang membuat IN merasa kuat karena satu keyakinan bahwa RN adalah laki-laki setia dan tidak mendustakan ikrar yang telah terucap. Mulanya komunikasi selalu lancar, tapi lambat laun menjadi jarang. Yang mengejutkan lagi RN mengabarkan jika sudah memiliki calon pendamping hidup selain IN. Kabar itu bagaikan petir di siang bolong. Darah IN seketika mendidih, jantung berdegup tak karuan, serasa dunia menjadi gelap. Melalui saluran seluler keduanya pun bertengkar. Singkatnya IN membulatkan tekad untuk beranjak ke Sumbawa, daerah yang bukan hanya asing untuk dituju, tapi juga asing didengar. Di samping modal nekat, beruntung ada teman satu kuliah IN yang berasal dari Kecamatan Empang. Teman inilah yang menuntunnya hingga akhirnya tiba di Tana Intan Bulaeng ini. Meski sudah tiba, IN masih bingung karena tempat tinggal sang Arjunanya ini masih jauh dari kota karena sudah masuk wilayah pedesaan. Dengan menumpang ojek, akhirnya IN sampai di desa tempat RN berasal. Kehadiran IN di desa itu membuat RN panik. Dengan terpaksa RN mengajak IN ke rumahnya. “Sepertinya dia tak menyangka saya sampai di Sumbawa,” kata IN.

Baca Juga  TNI-Polri di NTB Kompak Gelar Patroli Skala Besar Pencegahan Covid-19

Seketika keluarga RN heboh, apalagi mendengar penuturan sekaligus permintaan pertanggungjawaban RN untuk menikahinya. Saking hebohnya, aparat desa pun turun tangan, termasuk petugas KUA untuk memberikan wejangan kepada IN yang tak mau beranjak dari kediaman RN. Sebaliknya RN tetap bersikukuh tidak lagi menerima IN sebagai kekasih, dan menolak untuk bertanggung jawab. Tanpa diduga aparat kepolisian turun mengamankan IN lalu membawanya ke Polres Sumbawa. “Saya tak menyangka diperlakukan seperti itu, ini sungguh tega. Saya sudah berkorban segalanya, dan dari jauh datang untuk menjemput cintanya harus kandas dalam kondisi yang menyedihkan,” ucapnya.

Disinggung mengenai permintaannya sebesar Rp 80 juta kepada RN sebagai solusi agar dia mau meninggalkan Sumbawa dan tak lagi mengganggu kehidupan RN, IN mengiyakannya. Sebenarnya itu bukan menjadi tujuannya. Ini dilakukan karena orang tuanya di Surabaya merasa kecewa dengan dirinya atas adanya kasus ini dan tidak lagi berkeinginan membiayai kuliah di kedokteran hewan. Orang tuanya mendesak agar IN mondok di Pesantren. Keputusan orang tuanya yang bersamaan dengan penolakan cinta oleh RN ini, membuatnya bingung dan tidak bisa berpikir cerdas. Di satu sisi RN bertekad ingin menyelesaikan kuliahnya yang sudah mencapai semester akhir, dan di sisi lain tidak memiliki biaya karena orang tuanya sudah tidak respek lagi untuk menanggung biaya kuliahnya. “Saya pun meminta solusi meski saya ditolak untuk dinikahi, minimal RN dapat bertanggung jawab mengenai masa depan kuliah saya. Makanya saya meminta uang sejumlah itu untuk biaya menyelesaikan kuliah, karena jika diukur pengorbanan saya jauh melebihi apa yang dia berikan nanti,” jelasnya.

Baca Juga  Rem Blong, Truk Fuso Bermuatan Semen Terguling

Saat ini dia mengaku pasrah dan siap bergegas untuk memulai ‘hidup baru’ guna menggengam sebuah harapan pendidikannya berhasil, dan mendapatkan jodoh pria yang dapat menerima dia apa adanya, menghormati sebuah pengorbanan, dan menjadi imam yang sholeh. (*)

pilkada mahkota rokok NU
Azzam

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *