Ulama Sumbawa Prihatin Kasus Pencabulan Anak Marak

oleh -91 Dilihat
Masjid Agung Nurul Huda Sumbawa Besar

Sumbawa Besar, SR (22/05/15)

Banyaknya korban dan pelaku pelecehan seksual dari kalangan anak-anak di wilayah hukum Polres Sumbawa belakangan ini mendapat perhatian sejumlah pihak. Salah satunya dari Ketua Pengurus Daerah Dewan Masjid Indonesia (PD DMI) Kabupaten Sumbawa, Drs Syaichu Rauf.

Kepada Wartawan Samawarea, Jumat (22/5), Ustadz Syaichu—akrab ulama ini disapa mengaku sangat prihatin dan harus diakhiri karena ini menyangkut moral dan masa depan anak bangsa. Menurutnya kasus ini terjadi karena lemahnya peran semua pihak. Mulai dari keluarga sebagai lembaga terkecil masyarakat yang dinilai tidak layak dan tidak sesuai dengan keadaan sesungguhnya. Orang tua tidak lagi berperan sebagai bapak dan ibu, demikian juga anak. Ini bisa terjadi karena orang tua tidak menganggap penting mengurus anak. Keberadaan anak itu dianggap sekedarnya, sehingga lebih resah jika ayam yang hilang daripada anak. Kemudian control masyarakat yang lemah. Masyarakat baru akan bertindak setelah ada kejadian. Sifat preventif dari masyarakat nyaris tidak ada, sehingga akan menyulitkan dalam menyelesaikan persoalan. Kondisi ini diperparah dengan sikap aparatur pemerintahan yang seringkali acuh tak acuh dan kurang fokus mengelola masyarakatnya.

Baca Juga  Warga Punik Nyaris Tewas Terbakar

Lemahnya peran ini semakin tergerus dengan maraknya dunia maya dan multimedia. Sisi ini sering menampilkan hal-hal yang belum cocok dengan usia anak-anak. Karenanya dibutuhkan filterisasi oleh pemerintah terhadap multimedia yang berkecenderungan tidak memberikan pendidikan yang baik.

Drs Syaichu Rauf, ketua PD DMI Sumbawa
Drs Syaichu Rauf, ketua PD DMI Sumbawa

Bagaimana peran ulama ?

Menurut Ustadz Syaichu, harus diintensifkan. Ia setuju dengan pidato Bupati Sumbawa di setiap kesempatan yang meminta ulama tidak hanya berceramah di masjid karena rata-rata yang datang ke masjid adalah orang baik. Ulama harus juga terjun langsung dan peka terhadap persoalan masyarakat. “Ulama tidak hanya menerima informasi tetapi juga harus mencari informasi dan mengolah informasi,” katanya.

Ia mengakui banyak lembaga agama khususnya Islam yang memiliki program membangun umat. Namun sejauh ini program yang ada lebih banyak bersifat pembinaan yang formalistik, hanya bagaimana memberikan arahan di masjid, pengajian, dan takziah. Sementara yang bersifat terjun di lapangan nyaris kurang dilakoni sehingga para ulama sering tidak memahami apa yang sedang dilakukan masyarakatnya.

Baca Juga  Pajak Dalam Stabilitas Ekonomi Sebagai Upaya Pengendalian Pencemaran Lingkungan

Lalu Peran Lembaga Masjid yang dipimpinnya ?

Dikatakan Ust Syaichu, lembaganya ingin mengembalikan fungsi masjid tidak hanya sebagai pusat ibadah tetapi sebagai pusat kegiatan kemasyarakatan. Pihaknya akan melakukan upaya mendekatkan masjid dengan masyarakat, bukan sebaliknya masyarakat yang mendekat ke masjid.

Selain itu lembaganya akan mendorong peran sekolah untuk memberikan penjelasan tentang agama di setiap pelajaran dan tidak hanya berfokus pada mata pelajaran Agama Islam yang memiliki jam sangat terbatas. “Diperlukan juga para guru yang bukan saja menyampaikan pelajaran ansich tetapi juga pendidikan moral keagamaan,” demikian ustadz murah senyum ini. (*)

pilkada mahkota rokok NU
Azzam

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *