Sumbawa Besar, SR (25/04)
Bank Indonesia terus memberikan perhatiannya dalam pengembangan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) serta mendukung penciptaan pusat perekonomian baru di daerah. Seperti yang dilakukan BI terhadap kelompok petani ternak di wilayah NTB khususnya di Kabupaten Sumbawa. Setelah memberikan bantuan tekhnis dan pendampingan kepada kelompok ternak di Desa Senayan, Kecamatan Poto Tano Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) sejak Tahun 2011—2014 kini Bank Indonesia melirik kelompok tani ternak di Desa Batu Tering, Kecamatan Moyo Hulu, Sumbawa. BI akan memberikan bantuan melalui pengembangan budidaya ternak sapi berbasis teknologi. Bantuan ini bertujuan untuk menciptakan usaha baru dan penyerapan tenaga kerja untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat. Kepastian ini ditandai dengan penandatanganan MoU antara perwakilan peternak dengan Bank Indonesia di Kampus Universitas Teknologi Sumbawa (UTS) yang disaksikan langsung Deputi Gubernur Senior BI, Mirza Adityaswara SE M.App.,Fin, Bupati Sumbawa Drs H Jamaluddin Malik, Rektor UTS Dr Arief Budi Witarto, Ketua Dewan Penasehat UTS Dr H Zulkieflimansyah M.Sc, jajaran BI NTB, Kadis Peternakan NTB, Kadis Peternakan Sumbawa dan beberapa pejabat lainnya, Jumat (24/4). BI akan memberikan bantuan tekhnis mulai dari penyiapan tenaga ahli, kesehatan sapi, pendampingan dan penyadaran masyarakat, kelembagaan, dan hal lain yang merupakan bagian dari proses manajemen peternakan.
Abdul Hadi selaku Pelaksana Pengembangan UMKM Bank Indonesia NTB yang ditemui usai kegiatan, mengatakan, bantuan yang diberikan BI ini untuk menumbuhkan sector ekonomi kerakyatan. Dipilihnya Desa Batu Tering Kecamatan Moyo Hulu setelah Desa Senayan Poto Tano, KSB, karena memiliki potensi sapi dan petaninya ingin dibina agar terjadi peningkatan produktivitas ternaknya terutama penggemukan. “Kami akan memberikan kemampuan teman-teman petani supaya mereka beternak itu tidak biasa atau berada di luar kebiasaan dan menjadikan usaha itu sebagai bisnis,” kata Hadi kepada wartawan dalam perjalanan menuju Transit Hotel. Dalam program ini, BI menggandeng tenaga ahli dari BPTP, Prof Chandra.
Kelompok tani ternak ini nantinya dibina dan diajarkan bagaimana cara efisiensi penggemukan atau pembibitan hingga mereka bisa mandiri. “Kita kawal terus bekerjasama dengan pemerintah daerah, dinas peternakan, BPTP, dan perbankan. BI hanya supporting inisiasi,” katanya.
Dalam pembinaan ini, BI ingin merubah pola pikir para peternak. Sebelumnya sapi dilepas dan mencari makanan sendiri, usaha ternak dijadikan sampingan dan menunggu berumur 4 tahun baru dijual. Setelah mendapat pembinaan dari BI, mereka akan serius memelihara sapi dan menjadikan usaha itu sebagai bisnis utama tanpa mengabaikan usaha pertanian. Sebab hanya memelihara dalam waktu 4-5 bulan, sapi itu sudah dapat dijual dengan bobot yang selama ini ditunggu hingga 4 tahun lamanya. “Hanya dalam hitungan bulan sapi sudah bisa dijual dengan kualitas bobot yang luar biasa, tanpa harus menunggu sampai 4 tahun seperti yang dilakukan selama ini,” ucapnya.
Caranya sangat gampang dan sederhana, hanya mencari pakan. Dan pakan ternak yang dicari tidak sulit, hanya tidak semua peternak mau melakukan. “Rajin dan tidak malas mencari pakan itu kuncinya,” kata Hadi.
Ditambahkan Prof Chandra—pakar ternak dari BPTP, konsep yang dilakukan untuk penggemukan sapi adalah mencari tanaman yang memiliki daun yang hingga puncak musim kering masih tetap berdaun. Selanjutnya mulai mengidentifikasi daun mana saja yang cocok untuk sapi. “Yang kita pilih di sini yang paling cocok adalah respon pertumbuhannya cepat, seperti lamtoro, gamal, kasturi, dan kelor. Bisa juga waru dan daun lainnya,” sebutnya.
Dengan keberadaan pakan dari daun ini, maka persoalan pakan sepanjang tahun tidak terganggu oleh pergantian musim. “Ini konsep yang kita kembangkan, tidak ada yang istimewa. Pakan berupa daun-daunan ini memiliki kadar protein di atas 9 persen dan setiap harinya berat ternak akan bertambah 0,5 kilogram,” jelasnya.
Untuk mengajarkan dan mendemontrasikan konsep ini, memang cukup sulit karena tidak semua peternak mau menerapkannya. Karenanya pihaknya mencari kelompok ternak yang menjadi pilot project seperti yang sudah diklaksanakan di Desa Senayan, Poto Tano, KSB. Dengan melihat keberhasilan peternak itu, hampir semua peternak di KSB ingin menerapkannya. Karenanya BI memilih Batu Tering sebagai pilot project penggemukan sapi.
Mengapa dinas terkait tidak menerapkan konsep ini ? menurut Prof Chandra, program pemerintah di dinas terkait hanya berjalan setahun dan ketika pergantian tahun program itu tidak terus berjalan berganti dengan program lainnya, sehingga tidak matang. Berbeda dengan BI yang memiliki program itu selama tiga tahun sehingga bisa membuktikan konsep dengan benar sampai tuntas. “BI mengawal program ini sampai tuntas dan peternak sudah bisa mandiri dengan bisnis yang dapat meningkatkan kesejahteraannya,” demikian Prof Chandra.
Program BI untuk NTB
Sementara itu informasi yang diperoleh samawarea.com dari Bank Indonesia, sejumlah program yang telah dan akan dilakukan Bank Indonesia untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat. Selain di Poto Tano KSB dan Batu Tering Sumbawa, BI juga membantu penangkaran benih kedelai di Desa Kenanga dan Rato, Kecamatan Bolo, Kabupaten Bima. Pembinaan ini dilakukan agar kelompok tani dapat menjadi penangkar benih yang terdaftar dan memiliki kredibilitas baik, terhubung dengan perbankan, serta peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.
Kemudian di Desa Sambik Elen, Kecamatan Bayan, Lombok Utara, BI membantu budidaya jarak pagar sebagai upaya dalam konservasi sumber daya energy terbarukan untuk mendukung stabilitas harga energy di masa mendatang dan mendukung pengembangan konsep green banking melalui pengembangan pilot project green energy.
Tak hanya itu BI memberikan bantuan teknis bagi pengembangan desa mandiri di Desa Bun Mudrak Kabuopaten Lombok Tengah, pengembangan usaha pengolahan biji mente dan pupuk kompos di Desa Sambik Elen Lombok Utara, dan penelitian KPJU (Komoditas Produk Jenis Usaha) unggulan Provinsi NTB. Selain itu pendampingan kepada 10 peserta WUBI di NTB dengan komoditas agribisnis dan berorientasi eksport guna menggerakkan sector UMKM sebagai pilar penggerak perekonomian bangsa. Dan Belum lama ini melakukan pengembangan Kampung Tenun di Desa Moyo Mekar Kecamatan Moyo Hilir, Kabupaten Sumbawa. (Jen)