Siap Mengulang Sukses, UTS Kembali Berlaga di Boston AS

oleh -118 Dilihat

Lanjutkan Proyek Econey

Sumbawa Besar, SR (10/02)

Suasana Lomba Aplikasi Bioteknologi
Suasana Lomba Aplikasi Bioteknologi

Universitas Teknologi Sumbawa (UTS) kembali berlaga di tingkat dunia. Perguruan tinggi berumur belia namun sarat prestasi ini akan mengikuti kompetisi iGEM (International Genetically Engineered Machine) 2015 yang kembali digelar di Amerika Serikat. Ajang bergengsi yang mengikutsertakan ratusan perguruan tinggi dari puluhan negara termasuk Amerika, Jerman, Inggris, Jepang dan negara maju lainnya, dijadwalkan akan dilaksanakan 24—28 September mendatang. Kendati waktu yang tersisa tinggal beberapa bulan, UTS sudah jauh hari mempersiapkan diri.

Dalam menjaring mahasiswa yang tergabung dalam Tim Sumbawagen sedikit berbeda dari sebelumnya. Ketika pertamakali mengikuti iGEM pada Tahun 2014 lalu, Tim Sumbawagen diseleksi hanya sebatas mahasiswa Fakultas Bioteknologi (FTB). Namun kali ini pendaftaran terbuka untuk semua mahasiswa UTS Angkatan 2013 maupun 2014.

Dosen FTB UTS, tokoh  di balik kesuksesan Sumbawagen
Dosen FTB UTS, tokoh di balik kesuksesan Sumbawagen

Menurut Kepala Program Studi (Kaprodi) Bioteknologi FTB UTS, Dwi Ariyanti S.Pt M.Biotech yang ditemui kemarin, seleksi sudah dimulai sejak November 2014 lalu dan sejauh ini sudah memasuki seleksi tahap pertama. Untuk seleksi tahap selanjutnya diupayakan pada Bulan Februari ini karena pendaftaran tim ke panitia iGEM HQ harus sudah dilakukan Maret mendatang, mengingat pelaksanaan iGEM Giant Jamboree dilaksanakan 24—26 September 2015. “Kompetisinya masih tetap digelar di Boston Amerika Serikat,” sebut Dwi—akrab wanita lajang nan jenius ini.

Disinggung mengenai proyek Sumbawagen 2015 yang akan ditampilkan pada kompetisi dunia nanti, Dwi mengatakan masih melanjutkan Proyek Econey 2014. Hanya pada iGEM 2015 nanti, Tim Sumbawagen akan menambahkan dua gen baru sehingga diharapkan robot bakteri yang diciptakan mampu memendarkan tiga warna sesuai dengan tingkat konsentrasi glukosa yang terkandung dalam madu Sumbawa. “Semoga lanjutan proyek ini mampu mengulang sukses iGEM 2014 bahkan prestasi yang diraih dapat lebih ditingkatkan lagi,” harap Dwi yang didampingi Sausan Nafisah dan Maya Fitriana—dua dosen UTS yang sebelumnya sukses mendampingi 8 mahasiswa FTB pada iGEM 2014 di Amerika Serikat.

Baca Juga  Mahasiswa Fikom UTS Belajar Politik di Charta Politika

Seperti diberitakan, pada kompetisi iGEM 2014 Tim Sumbawagen yang digawangi Cindy Suci Ananda, Mochammad Isro Alfajri, Adelia Elviantari, Fahmi Dwilaksono, Muhammad Al Azhar, Rian Adha Ardinata, Yulianti, dan Indah Nurulita menyabet empat penghargaan dunia yakni meraih medali perunggu (bronze medal) dari keberhasilannya melakukan pemaparan project Econey, Interlab Study Awards, Best Policy and Practices Shout Out (kebijakan dan praktik) dan IGEM Chairman’s Award–penghargaan spesial yang paling prestisius dari Presiden IGEM. Empat penghargaan ini secara tidak langsung melambungkan nama UTS dan Sumbawa di mata dunia. Dari penghargaan ini juga beberapa negara langsung menawarkan bantuan tidak hanya sarana namun juga dana jika mahasiswa UTS dapat terus mengembangkan hasil karyanya dan melakukan riset-riset lain untuk menciptakan temuan yang bermanfaat bagi umat. Seperti Jerman menawarkan bantuan Fluoresence Spektrofotometri–alat untuk membaca sinyal protein yang terpendar. Alat ini sangat dibutuhkan FTB UTS dalam mengembangkan Project Econey—alat sensor glukosa dalam Madu Sumbawa hasil rekayasa genetika bakteri E.coli. Selain itu sejumlah ilmuwan yang menjadi juri dalam IGEM tersebut pun menawarkan berbagai program dan dana kepada UTS dalam mengembangkan tekhnologi.

Baca Juga  Full Day School Policy: Ada Apa Denganmu ?

President IGEM, Randy Rettberg pun menilai penghargaan Best Policy and Practices Shout Out, pantas diberikan kepada Sumbawagen karena Project Econey hasil karyanya sangat aplikatif. Demikian dengan penghargaan IGEM Chairman’s—sebuah penghargaan tertinggi, Randy menyatakan secara bulat seluruh dewan juri dari berbagai negara setuju menetapkan Sumbawagen sebagai penerima. Para juri ungkap Randy, tidak mengetahui dimana letak Sumbawa. Tapi mereka mendapat informasi dari presentasi dan internet yang ternyata kota kecil yang letaknya sangat jauh dari pusat pemerintahan di Indonesia. Namun di tempat itu berdiri universitas baru yang memiliki mahasiswa hebat, meski berada di daerah terpencil dan penuh dengan keterbatasan. Kendati demikian, tim dari UTS ini tidak patah semangat dengan kerja keras dan perjuangan yang gigih berhasil menciptakan karya nyata bagi masa depan umat. (*) Baca juga di Gaung NTB

 

pilkada mahkota rokok NU
Azzam

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *