Dekan FTB UTS Terpilih Menjadi Juri Kompetisi Dunia di Amerika

oleh -135 Dilihat

International Genetically Engineered Machined ke-10

Sumbawa Besar, SR (11/10)

Dr Arief Budi Witarto Ph.D, Dekan FTB UTS
Dr Arief Budi Witarto Ph.D, Dekan FTB UTS

Universitas Teknologi Sumbawa (UTS) semakin mensejajarkan diri dengan universitas ternama di Indonesia bahkan dunia. Nama UTS semakin dikenal karena prestasinya yang luar biasa, tidak hanya di tataran regional dan nasional, namun juga internasional. Ini karena keikutsertaan perguruan tinggi yang didirikan Dr. Zulkieflimansyah, M.Sc tersebut mewakili Indonesia untuk mengikuti kompetisi dunia, iGEM (International Genetically Engineered Machined) ke-10 di Massachusetts Institut of Technology (MIT) Boston, Amerika Serikat. Dalam kompetisi tersebut mahasiswa UTS yang diwakili 8 mahasiswa Fakultas Teknobiologi (FTB) akan bersaing dengan 235 peserta dari berbagai negara di dunia. Mereka akan mempresentasikan hasil inovasinya dalam pengukuran kadar glukosa dan fruktosa (gula madu) Sumbawa. Inovasi teknologi ini merupakan hasil rekayasa genetika bakteri E.coli yang telah disisipkan gen red fluoresence  warna merah yang dikombinasikan dengan software mobile programming pada smartphone (Econey soft). Ternyata bukan hanya mahasiswanya saja yang berprestasi, Dekan FTB UTS, Dr Arief Budi Witarto Ph.D, pun tak kalah hebatnya. Pria kelahiran Lahat, 12 Mei 1971 ini mendapat kepercayaan dunia. Peraih penghargaan peneliti terbaik Tahun 2004 dari Yayasan Toray Indonesia dengan tema “Riset Rekayasa Protein untuk Kedokteran”, khususnya mendiagnosa diabetes dan kanker dengan basis protein ini, terpilih menjadi satu-satunya juri asal Indonesia di Kompetisi Bioteknologi Dunia (iGEM MIT Boston). Jebolan Tokyo University of Agriculture and Technology (TUAT), Jepang ini akan menilai tim-tim dari seluruh dunia yang akan berlaga di kompetisi tersebut termasuk 15 tim dari Amerika, China, Australia dan lain-lain yang ada dalam kategori track bidang energi. “Ini sebagai satu capaian besar buat UTS, jadi bukan hanya mahasiswanya saja yang berprestasi tapi juga dosen-dosennya,” ucap pendiri sekaligus Rektor UTS, Dr. Zulkieflimansyah, M.Sc, Jumat (10/10).

Baca Juga  Buku Dakwah TGB Dilaunching, Wagub: Cocok dengan Keberagaman di Indonesia
Rektor UTS, Dr H Zulkieflimansyah SE M.Sc
Rektor UTS, Dr H Zulkieflimansyah SE M.Sc

Saat ditemui belum lama ini, Dekan FTB UTS, Doktor Arief—akrab Ia disapa menyatakan optimismenya bahwa anak didiknya mampu meraih prestasi di iGEM Boston USA. Berbagai persiapan sudah dilakukan, salah satunya mengajarkan mahasiswanya teknik rekayasa genetika dengan memanfaatkan bakteri E.coli, untuk menciptakan alat pengukuran kadar gula madu berbasis teknologi android yang bisa digunakan masyarakat luas.

Ke depan pengetahuan mahasiswanya akan lebih diperkaya, mengingat ilmu bioteknologi merupakan cabang ilmu yang sangat luas dan mempelajari pemanfaatan makhluk hidup (bakteri, fungi, virus, dan lain-lain) maupun produk dari makhluk hidup (enzim, alkohol) dalam proses produksi untuk menghasilkan barang dan jasa. Perkembangan bioteknologi tidak hanya didasari pada biologi semata, tetapi juga pada ilmu-ilmu terapan dan murni lain, seperti biokimia, komputer, biologi molekular, mikrobiologi, genetika, kimia, matematika, dan lainnya. “Kata lainnya, bioteknologi adalah ilmu terapan yang menggabungkan berbagai cabang ilmu dalam proses produksi barang dan jasa,” jelasnya.

Tim Boston
Tim Boston

Secara sederhana kata Doktor Arief, bioteknologi sudah dikenal sejak ribuan tahun yang lalu seperti di bidang teknologi pangan adalah pembuatan bir, roti, dan keju, serta pemuliaan tanaman untuk menghasilkan varietas-varietas baru di bidang pertanian, maupun pemuliaan dan reproduksi hewan. Kemudian di bidang medis, penerapan bioteknologi dengan penemuan vaksin, antibiotik, dan insulin. “Bioteknologi kini berkembang sangat pesat, terutama di Negara maju yang ditandai dengan ditemukannya berbagai macam teknologi misalnya, rekayasa genetika, kultur jaringan, DNA rekombinan, dan pengembangbiakan sel induk, kloning, sehingga memungkinkan untuk menyembuhkan penyakit-penyakit genetik maupun kronis yang belum dapat disembuhkan, seperti kanker ataupun AIDS,” ungkap ayah empat anak ini.

Baca Juga  Berbenah, FATETA UTS Uji Publik Renstra, Renop, RIP dan RIPM

TENTANG DEKAN FTB UTS

Dr. Arief Budi Witarto, Ph.D menyelesaikan pendidikan S-1, S-2 dan S-3 di Departemen Bioteknologi, Fakultas Teknik, Tokyo University of Agriculture and Technology, Tokyo Jepang, masing-masing tahun 1995, 1997 dan 2000. Setelah bekerja sebagai “research associate” di School of Materials Science, Japan Advanced Institute of Science and Technology, Ishikawa, Jepang selama 2 tahun (2000-2002), kembali ke Indonesia dan bekerja sebagai peneliti di Pusat Penelitian Bioteknologi-LIPI, Cibinong. Beberapa penghargaan ilmiah Nasional dan Internasional telah diraih seperti Peneliti Muda Indonesia Terbaik bidang Ilmu Pengetahuan Teknik dan Rekayasa dari LIPI (2002), Science and Technology Award dari Indonesia Toray Science Foundation (2004), Adhicipta Rekayasa Award dari Persatuan Insinyur Indonesia (2005), Technopreneur Award dari DAAD dan Fraunhofer Society, Jerman (2007) dan Nanotechnology Award dari Masyarakat Nanoteknologi Indonesia & Kementrian RISTEK (2009). Di bidang akademik, menjadi pengajar tamu dan pembimbing penelitian di program S-1, S-2, dan S-3 antara lain di UI (FK, FMIPA, FKM), IPB (FATETA, FAHUT), UGM (FK, Pasca Bioteknologi), UNAIR (FK), dan lainnya. Di bidang profesi, mendirikan Yayasan Memajukan Bioteknologi Indonesia, Indonesian Protein Society dan Himpunan Bioinformatika Indonesia. Sejak 2012, mengundurkan diri dari LIPI dan berwiraswasta di bidang bioteknologi protein. (*) Baca juga di Gaung NTB

 

 

pilkada mahkota rokok NU
Azzam

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *