Sumbawa Besar, SR (10/09)
Pembangunan infrastruktur menjadi salah satu upaya pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sebab salah satu yang menjadi daya tarik investor dalam berinvestasi adalah kesiapan infrastruktur baik jalan, jembatan, transportasi maupun telekomunikasi. Selain itu keberadaan infrastruktur yang memadai akan meretas keterisoliran suatu daerah terutama yang memiliki kekayaan potensi sumber daya alam dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Persoalan infrastruktur inilah yang menjadi topik yang hangat dibahas dalam MPR Goes To Campus di Universitas Tekhnologi Sumbawa (UTS), Selasa (9/9). Hadir sebagai pembicara Rektor UTS Dr H Zulkiflimansyah SE M.Sc, H Syafruddin ST anggota MPR/DPR RI dari Fraksi PAN, dan Ir Iskandar M.Ec.Dev Kepala Bappeda Sumbawa.
Dalam kesempatan itu, Ande—akrab Kepala Bappeda disapa, menjelaskan, wilayah yang luas terdiri dari banyak pulau dan penduduk yang jarang, menjadikan infrastruktur sesuatu yang sangat vital dibutuhkan. Untuk kemajuan daerah ke depan, Ande mengaku Sumbawa masih merasa kekurangan dalam hal infrastruktur teurutama jalan dan telekomunikasi. Untuk telekomunikasi, ada di beberapa daerah hanya berkomunikasi via telepon seluler orang harus naik gunung dan naik pohon mencari sinyal. Tidak heran muncul desakan agar pemerintah dapat mendorong perusahaan provider untuk membuka akses tersebut. Kemudian infrastrutur jalan, konektivitas antar daerah sudah sangat lancar mengingat kondisi jalan Negara (penghubung) sudah 100 persen mantap. Hanya jalan yang menjadi tanggung jawab propinsi yang masih berkisar 80 persen, sedangkan kabupaten masih memprihatinkan sekitar 58—60 persen dan akan diupayakan hingga Tahun 2018 sudah mencapai kondisi 80 persen. Selanjutnya pelabuhan. Pemda Sumbawa telah merencanakan pembangunan pelabuhan peti kemas di kawasan Sumbawa bagian timur. Tapi saat ini masih terkendala lahan yang sebagiannya masuk dalam kawasan hutan lindung yang mengharuskan adanya ijin dari Kemenhut. Saat ini Sumbawa baru memiliki satu pelabuhan bongkar muat yang kapasitasnya terbatas yaitu di Kecamatan Badas. Hasil komunikasi dengan pemerintah pusat, Pelabuhan Badas akan mengalami perubahan struktur sehingga bisa menampung kapasitas yang lebih besar lagi.
Untuk meretas persoalan infrastruktur ini, ungkap Ande, pemerintah tidak bisa sendiri karena membutuhkan biaya mahal di tengah kapasitas fiscal yang belum memadai. Solusinya, dunia usaha harus berkiprah banyak terutama terkait dengan infrastruktur yang bisa mendorong iklim perekonomian yang menjadi lahan bisnisnya. “Kerjasama dengan pihak swasta menjadi kata kunci yang harus semakin digarisbawahi dan dicetak tebal untuk masa-masa yang akan datang,” ucap Ande.
Lebih jauh dikatakannya, pembangunan di Sumbawa berada pada satu prinsip keadilan. Listrik tetap menyala karena ada uang mengalir, ekonomi berjalan karena ada barang dan bisnis yang bergerak, dan harta-harta yang tidak lagi menumpuk pada satu tempat. Karenanya agama menganjurkan ada zakat, infaq dan sedekah, serta negara mengatur pajak sehingga tidak menumpuk di satu tempat.
Sementara H Syafruddin ST menegaskan pembangunan infrastruktur khususnya di NTB terutama Kabupaten Sumbawa menjadi prioritas dan catatan yang harus disampaikan kepada pemerintah pusat. Pembangunan tersebut tidak boleh dilakukan ala kadarnya, harus merata.
Karenanya ia berjanji akan memperjuangkan agar perhatian pemerintah pusat terhadap daerah benar-benar maksimal. “Jika semua bidang infrastruktur sudah bagus, maka akan menambah perolehan per kapita masyarakat yang secara tidak langsung mampu meningkatkan kesejahteraan,” ucap Rudi Mbojo—akrab politisi PAN ini disapa.
Sementara Doktor Zul—sapaan Rektor UTS, berpendapat bahwa pembangunan infrastruktur keniscayaan bagi Propinsi NTB. Dengan infrastruktur yang memadai, semua akses bagi kemajuan suatu daerah akan berjalan dengan baik. Misalnya, infrastruktur telekomunikasi. Meski berada di daerah terpencil jika sarana prasarana telekomunikasinya maju bukan mustahil dari satu kota kecil dan desa terpencil akan lahir orang-orang besar. Karena dengan akses internet yang bagus dia mampu berdialog dan bercengkrama dengan orang-orang besar di seluruh dunia. “Saya kira persoalan jalan dan pelabuhan penting, tapi yang tidak bisa diabaikan adalah persoalan telekomunikasi. Sebab dengan perangkat telekomunikasi yang modern maka aksesnya akan cepat, sehingga bukan mustahil loncatan-loncatan besar di masa mendatang bisa berasal dari daerah terpencil itu,” cetusnya. (*) Baca juga di Gaung NTB