Kuliah di UTS untuk ‘Kalahkan’ Malaysia

oleh -151 Dilihat

Sumbawa Besar, SR (11/09)

UTS yang Asri
UTS yang Asri

Keterbatasan dan kemiskinan kerap dirasakan masyarakat yang hidup di daerah perbatasan. Kehidupan serba kekurangan dan hanya mengandalkan profesi sebagai petani untuk bertahan, cukup membangkitkan keprihatinan. Di tengah keterbatasan dan kesenjangan yang kian menganga, justru tidak membuat warga Sebatik, Kalimantan Timur, tapal batas Indonesia—Malaysia ini tergoda ‘menjual’ ideologi. Merasakan kondisi ini membuat dua putra daerah setempat Ismail dan Maslan, bangkit. Keduanya tentu tidak ingin terus terpuruk. Mereka harus menjadi generasi masa depan yang mampu merubah Sebatik daerah yang tidak lagi dicemooh warga negara tetangga. Salah satunya, Sebatik harus memiliki sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas.UTS asri

Mereka bisa saja merubah nasibnya dengan menjadi TKI di Malaysia, selain telah mengantongi passport, mereka lebih mudah untuk menjangkau Malaysia yang hanya ditempuh dalam hitungan menit. Tapi itu tidak dilakukan, karena mereka yakin mengalahkan Malaysia dan membangun Sebatik tidak dijalani dengan menjadi kuli di negeri orang. “Saya harus kuliah,” kata Ismail yang didampingi Maslan.

Karena itu mereka tidak ragu ketika ditawari seseorang untuk melanjutkan pendidikannya keluar daerah. Kedua pemuda ini tidak mau tahu kemana dan dimana mereka kuliah, asalkan di perguruan tinggi yang berkualitas. Beberapa universitas ditawari termasuk Universitas Tekhnologi Sumbawa (UTS). Dia mengaku mendengar informasi kalau universitas tersebut masih terbilang baru, namun telah mampu berprestasi tidak hanya nasional tapi juga internasional. Inilah yang mendorong keduanya tertarik lalu menentukan pilihan. “Mungkin perubahan akan dimulai dari sini (UTS),” kata Ismail.UTS disiplin

Baca Juga  Dilantik Jadi Rektor IISBUD Sarea, Miftah Rektor Termuda Indonesia

Kini Ismail tercatat sebagai mahasiswa baru Fakultas Tekhnik, dan Maslan mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis UTS. Meski jauh dari orang tua dan keluarga, keduanya merasa tidak sendiri. Selain tekadnya yang kuat, dia merasakan kebhinekaan di UTS sangat terasa. Mereka diperlakukan bagai saudara dan memiliki banyak teman. Apalagi mahasiswa asal luar daerah tidak hanya mereka tapi ada juga yang berasal dari Banten, Tangerang, Jawa Barat, NTT dan lainnya. “Kami punya banyak teman, dan beberapa tahun mendatang kami yakin mahasiswa dari seluruh nusantara akan kuliah di sini,” imbuhnya.

Rektor UTS, Dr H Zulkieflimansyah SE M.Sc, menyatakan bahwa UTS bukan untuk orang Sumbawa, tapi anak-anak dunia yang kebetulan berada di Sumbawa. Hal ini dibuktikan sudah mulai banyaknya mahasiswa yang berasal dari luar Sumbawa dan NTB menjadi mahasiswa UTS, termasuk Ismail dan Maslan—asal Sebatik Kalimantan Timur. Ke depan Ia optimis perwakilan dari semua propinsi di Indonesia akan ada di UTS.

Baca Juga  Kurma Ajwa dan Deglet Noor Disemai di Taman Alquran Sumbawa

Selain itu mahasiswa UTS tidak hanya mampu berbicara di level local, regional dan nasional, tapi juga internasional. Hal ini ditandai dengan semakin bertambahnya prestasi yang dicapai. Salah satunya Oktober 2014 mendatang, 8 mahasiswa Biotekhnologi UTS akan mewakili Sumbawa dan Indonesia mengikuti kompetisi dunia, iGEM (International Genetically Engineered Machined) ke-10 di MIT Boston, Amerika Serikat. Dalam kompetisi tersebut mahasiswa UTS mewakili Sumbawa dan Indonesia bersaing dengan 235 peserta dari berbagai negara di dunia. Mereka akan mempresentasekan hasil riset dan karyanya menciptakan alat sensor untuk mendeteksi kadar glukosa (kandungan gula) yang mendeteksi keaslian madu Sumbawa. Alat sensor ini merupakan hasil rekayasa genetika bakteri e-Coli yang nantinya akan dikembangkan menjadi perangkat lunak handphone. (*) Baca juga di Gaung NTB

rokok NU

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *