Sumbawa Besar, SR (26/05)
Peristiwa pelemparan sebuah rumah di Lingkungan PPN Bukit Indah Kelurahan Seketeng, Kamis (22/5) malam, telah menjadi konsumsi publik. Bahkan aksi itu dikait-kaitkan dengan pesta demokrasi pemilihan anggota legislative yang telah berlangsung sebulan yang lalu.
Karenanya pengurus RT di lingkungan setempat, perlu meluruskan agar motif dan informasi mengenai kasus tersebut tidak melebar dan memunculkan beragam spekulasi.
Sekretaris RT 02 RW 06 PPN Bukit Indah, Adam Kuling yang mendatangi Kantor Redaksi Gaung NTB tadi malam, menuturkan kasus ini bermula sekitar sebulan lalu terdapat aktifitas sekelompok orang yang tidak dikenal, di sebuah rumah. Hampir setiap hari mereka berada di rumah tersebut dalam jumlah banyak, sampai larut malam bahkan menginap.
Awalnya warga setempat tidak mempermasalahkan keberadaan mereka. Namun belakangan ini warga merasa nyaman karena beberapa orang di antaranya membawa senjata tajam berupa parang. “Mereka keluar masuk, dan pergi belanja sambil membawa parang,” kata Adam.
Menyikapi hal itu, dia bersama beberapa pengurus RT termasuk Ketua RW mendatangi rumah itu untuk mempertanyakan aktifitas kelompok tersebut, sembari meminta agar tidak ada lagi yang berkumpul di rumah itu apalagi sampai menginap dan membawa sajam.
Teguran RT dan RW ini sempat direspon. Sekelompok orang itu sempat mengurangi aktifitas dan jumlahnya. Namun hal itu berlangsung singkat, karena beberapa minggu kemudian mereka kembali berkumpul seperti biasanya termasuk membawa sajam.
Terkait pernyataan Hanna–istri Muslimin, bahwa ada orang yang datang mencari suaminya, dibenarkan Adam Kuling. Saat itu beberapa pemuda PPN Bukit Indah mendatangi rumah untuk mencari Muslimin alias Tikam untuk menanyakan tentang informasi dan tuduhan kecurangan di TPS 17 dan beberapa TPS lainnya di PPN. Padahal informasi itu tidak benar, keliru dan salah.
“Tidak benar adanya kecurangan di TPS tersebut,” jelasnya.
Mereka juga hendak menanyakan mengapa Tikam tega memfitnah dan memberikan laporan atau informasi palsu sehingga muncul di beberapa media. Menurut Adam Kuling, awalnya tidak mengetahui siapa yang memberikan informasi tersebut, namun 2 hari yang lalu baru diketahui bahwa pelakunya adalah Muslimin alias Tikam. “Saat pemuda itu datang ke rumahnya dengan maksud menanyakan hal itu, namun saudara Tikam tidak berada di rumah kecuali istrinya,” kata Adam.
Ketika itu para pemuda menanyakan keberadaan Tikam. Oleh Hanna dijawab kalau suaminya ke Desa Pungkit Moyo Utara. Pemuda inipun meminta nomor HP suaminya, namun ternyata dia (Hana) memberikan nomor yang salah.
Beberapa pemuda PPN ini kesal karena Hana ribut, berbohong dan mengancam akan memanggil orang tua dan keluarganya.
Melihat situasi yang kurang bersahabat ini jelas Adam, akhirnya para pemuda memutuskan untuk pulang. Namun belum jauh meninggalkan rumah itu, mereka mendengar Hanna menghubungi seseorang dengan nada provokatif. “Ini ada orang banyak cari suami saya, mereka mau membunuhnya, tolong datang kesini segera,” kata Adam menirukan ucapan Hana.
Ternyata benar, sekitar 30 menit kemudian beberapa orang datang ke PPN di rumah tempat mereka berkumpul selama ini. “Bukan rumah Muslimin seperti diberitakan, tetapi rumah milik Ibu As yang biasa dijadikan tempat berkumpul dengan menggunakan sajam,” kata Adam meluruskan.
Belasan orang datang lagi ke rumah tersebut dengan menggunakan 5 sepeda motor dilengkapi sajam. melihat gelagat yang kurang baik, beberapa orang pemuda PPN datang kembali ke rumah bermaksud membicarakan keresahan warga secara baik. Belum sampai di teras rumah, pemuda PPN diserang oleh sekelompok orang dari dalam rumah. Merasa terjepit dan para pemuda tidak memiliki alat apapun untuk membela diri, mereka kabur menyelamatkan diri ke dalam kampung.
Dan secara spontanitas tanpa dikomando ratusan massa PPN datang melakukan serangan balik dan mengejar orang-orang tersebut.
Mungkin karena kalah jumlah, mereka melarikan diri dan ada sebagian yang berlindung di dalam rumah tersebut. Karena tidak mau keluar, maka apapun yang ada di depan rumah, termasuk motor dirusak, dan rumah itu dilempar massa.
Tidak berselang lama, kata Adam Kuling, warga menghubungi aparat kepolisian dan dalam waktu yang cepat meluncur ke TKP lalu menguasai situasi hingga kondusif.
“Sebagai Pengurus RT dan RW PPN Bukit Indah, kami menghimbau semua pihak agar mematuhi etika dan tata krama yang berlaku di masyarakat. Kami terbuka dengan siapapun yang ingin bertamu ataupun menetap di PPN, asalkan harus melaporkan diri 1X24 jam kepada Ketua RT setempat. “Jangan memancing situasi yang kurang baik apalagi membawa senjata tajam.
Kami bertanggungjawab terhadap kondusifitas lingkungan kami. Siapapun yang keluar-masuk harus kami ketahui identitasnya, sebab akhir-akhir ini banyak rumah warga PPN yang kemalingan dan dirampok yang disertai kekerasan. kami tidak ingin kejadian serupa terulang kembali,” tandasnya. (*)