Merebut Piala Gubernur NTB dan Bupati Sumbawa
Sumbawa Besar, SR (21/05)
Pacuan kuda tradisional Sumbawa terbesar di NTB akan digelar di Kabupaten Sumbawa, Rabu (21/5) hari ini. Event yang memperebutkan Piala Gubernur NTB dan Bupati Sumbawa ini, akan dilaksanakan di Arena Pacuan Kuda “Angin Laut” Desa Penyaring Kecamatan Moyo Utara, Sumbawa. Dipastikan ribuan orang akan datang menyaksikan kehebatan kuda-kuda top dari Pulau Lombok, KSB, Sumbawa, Dompu, Bima, Kalimantan Selatan, Bali dan NTT. Tentunya hal ini menjadi peluang bagi geliatnya perekonomian masyarakat setempat, karena event tersebut memberikan multiplier effect yang sangat positif.
Inisiator Event sekaligus pemilik Kerato Angin Laut, Dr H Zulkieflimansyah M.Sc yang dikonfirmasi tadi malam, menilai pacuan kuda ini adalah event pariwisata unggulan. Sebab pariwisata tidak hanya didefinisikan sebagai hiburan tapi merupakan cluster industry yang melibatkan banyak aktivitas bisnis yang saling berkaitan. Ada pedagang, restoran, penginapan, hiburan, rental mobil, dan berbagai aktivitas yang berkelindan. “Ini jika Pemda jeli melihat peluang,” kata Doktor Zul—akrab tokoh nasional asal Sumbawa ini disapa.
Di event pacuan kuda trasional ini, lanjut Doktor Zul yang juga Wakil Ketua Komisi XI DPR RI, setiap hari ribuan orang akan datang, menghabiskan siang hari dengan pacuan kuda, dan malam hari dengan hiburan di lokasi setempat dengan nyanyian dan acara lain yang sangat memikat. “Ribuan tamu yang datang dari Dompu, Bima, KSB, Bali, Kalsel, dan NTT ini adalah turis-turis local yang mestinya sangat penting dibandingkan turis asing yang datang,” ucapnya.
Doktor Zul membayangkan, turis local yang memiliki dampak ekonomi sangat besar tersebut oleh Pemda juga disuguhi tarian dan berbagai atraksi daerah ini yang menawan sehingga daerah harum namanya mengair sampai jauh. “Keliru besar kalau turisme identik dengan bule-bule dan orang asing. Potensi turis local adalah potensi besar yang sering kita lupakan, padahal geliat ekonomi bisa jadi optimal berawal dari sana,” ujarnya.
Ia berharap Pemda menyadari dampak ekonomi dari event seperti ini, karena merupakan pariwisata yang hakiki yang seharusnya disambut dengan hangat dan penuh senyuman. “Bukan dimaknai sebagai kegiatan rakyat pinggiran tanpa efek ekonomi,” pungkasnya. (*)