Sumbawa Besar, SR (08/04)
Setelah Sofia Dwi Putri—bayi yang lahir dengan mengalami cacat wajah, kini muncul bayi yang kondisinya tak jauh memprihatinkan.
Bayi pasangan Sumarni (34) dan Mustafa Mulyadi (35) asal Dusun Karya Jaya, Kecamatan Plampang ini lahir dalam kondisi tak normal. Bayi berjenis kelamin laki-laki tersebut menderita hydrocephalus, kelainan yang ditandai dengan membesarnya kepala melebihi ukuran normal.
Malaikat kecil yang belum memiliki nama ini lahir melalui Operasi Cesar di RSUD Sumbawa, Minggu 6 April 2014 sekitar pukul 10.15 Wita. Bayi ini lahir sudah cukup bulan dengan berat 3,2 kilogram. Kini bayi malang tersebut berada dalam incubator Ruang Zall Anak dan dalam perawatan intensif petugas medis setempat. Sementara ibunya, Sumarni tengah menjalani perawatan di Zall Kandungan Klas III, karena kondisinya masih sangat lemah.
Dokter Spesialis Anak RSUD Sumbawa, dr Koeswardono SPA didampingi Asisten Dokter Anak, dr Jeckson Bomba, Senin (7/4), mengatakan, hydrocephalus ini terjadi karena produksi cairan yang sangat tinggi, tapi sirkulasinya tidak lancar. Dalam keadaan normal, tubuh memproduksi cairan otak atau Cairan Serebro Spinal (CSS) dalam jumlah tertentu, untuk kemudian didistribusikan dalam ruang-ruang ventrikel otak, sampai akhirnya diserap kembali. Namun yang dialami bayi pasangan Sumarni—Mustafa, terdapat ketidakseimbangan antara produksi dan penyerapan kembali, sehingga terjadi penumpukan cairan otak di ventrikel. “Produksi cairannya berlebih, tapi pengeluarannya tidak bisa,” jelas Dokter Kus—akrab dokter anak ini disapa.
Kondisi ini lanjut Dokter Kus, harus segera ditangani sebab cairan yang bertambah banyak akan menekan jaringan otak di sekitarnya, sehingga mengganggu pusat-pusat saraf yang vital.
Satu-satunya solusi, ungkap Dokter Kus, segera merujuk bayi ini ke RSU Mataram agar dapat ditangani secara intensif, apalagi di rumah sakit itu telah memiliki Dokter Ahli Bedah Saraf. Nanti di sana akan dipasang selang sirkulasi cairan dari otak ke perut, dan pemasangan selang ini akan berlanjut seumur hidup yang panjangnya disesuaikan dengan pertumbuhan fisiknya. “Harus dilakukan operasi pemasangan pipa untuk memperlancar aliran cairan yang berlebih dan mengurangi tekanan di otak,” demikian Dokter Kus.
Sementara itu untuk diketahui, orang tua bayi ini hanya sebagai petani dan dalam menjalani perawatan ditanggulangi menggunakan Kartu Jamkesmas. Namun apakah kepedulian para pejabat dan masyarakat terhadap bayi Hydrocephalus ini sama dengan kepedulian yang diberikan kepada Sofia Dwi Putri ? bagaimana sejumlah dinas seperti Dikes dan Disos mengutus timnya terjun langsung melihat sekaligus menangani kondisi bayi Sofia ? bagaimana juga Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Sumbawa mengambil kesempatan pertama untuk menjenguk Sofia di RSUD, dan bagaimana juga Bupati Sumbawa mengeluarkan instruksi agar memberikan kepedulian kepada Sofia ? belum lagi sejumlah organisasi dan media massa membuka dompet peduli ? serta ambil bagian dalam mencari dana di jalan-jalan umum untuk membangkitkan partisipasi masyarakat.
Tentunya perhatian dan kepedulian yang sama juga seharusnya diberikan kepada bayi-bayi yang lahir dalam kondisi tidak normal yang sebagian besar lahir dari rahim ibu yang hidupnya di bawah garis kemiskinan. (*)