Berbasis Pesantren, SMK Al Kahfi Diresmikan Kemendikbud

oleh -191 Dilihat

Doktor Zul: Akan Menjadi Pelita di Ujung Terowongan

Sumbawa Besar, SR (27/03)

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) melalui Dirjen Pembinaan Sekolah Kejuruan, meresmikan SMK berbasis pesantren “Al Kahfi” yang ditandai dengan peletakan batu pertama, Rabu (26/3) sore.

Pembangunan SMK yang terletak di sudut perbukitan antara Pernek, Batu Alang dan Leseng wilayah Kecamatan Moyo Hulu atau sekitar 3 kilometer dari Universitas Tekhnologi Sumbawa (UTS) tersebut, akan dibantu oleh direktorat berupa ruang kelas baru. SMK yang dibangun atas ide Dr H Zulkieflimansyah M.Sc ini sebagai upaya menciptakan lulusan yang islami dan memiliki pengetahuan serta keahlian.al kahfi 1

Dirjen Pembinaan Sekolah Kejuruan Kemendikbud, Drs Mustaghfirin Amin, M.BA menyatakan, ide Doktor Zul mendirikan SMK berbasis pesantren ini harus diapresiasi. Sekolah yang nantinya mengedepankan aspek agama dan keimanan, pengetahuan dan keterampilan ini dikelola menjadi sebuah ilmu dalam menciptakan insan kamil. Pihaknya menyampaikan terima kasih kepada Rektor UTS dan jajaran Diknas Sumbawa yang telah memberikan izin dibukanya SMK berbasis pesantren ini. “Kami sangat mendukung dan mendorong adanya partisipasi masyarakat dalam pendidikan sekolah berbasis pesantren seperti ini. Sebab sampai 2020 mendatang, bangsa ini harus bergegas mencerdaskan masyarakatnya. Mengingat sampai saat ini ada sekitar 1,1 Juta lulusan SMP/MTS yang tidak bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi. Jangankan 1,1 juta, satu anak saja tidak bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang ke lebih tinggi, akan menjadi problem tersendiri,” cetusnya.

Ia menganjutkan kepada anak yang sekolahnya terganggu atau putus sekolah untuk melanjutkannya ke SMK Al Kahfi, karena tidak hanya pengetahuan yang diperoleh, tetapi juga kecerdasan dan ahlakul karimah. “Kami dengan penuh kebanggaan memberikan bantuan unit sekolah baru bagi SMK Al Kahfi senilai 1,7 miliar,” ucapnya.

Dirjen ini mengaku pihaknya memiliki banyak bantuan, dan biasanya setiap tahun mendapatkan bantuan Direktorat Pembinaan SMK. Tidak hamya untuk satu SMK, tetapi semua SMK baik negeri maupun swasta yang memenuhi syarat. “Kepada pengelola kami minta tetap istiqomah, dan kepada orang tua jika anaknya ingin sekolah di SMK yang komplit, sekolah lah di Al Kahfi,” tandasnya.

Sementara Kadis Diknas Sumbawa, Sudirman S.Pd, juga memberikan apresiasi atas keberadaan SMK berbasis pesantren. Namun ia berharap dukungan Dirjen kepada SMK Al Kahfi juga dilakukan terhadap SMK lainnya di Kabupaten Sumbawa.

Di tempat yang sama, Kepala SMK Al Kahfi, Jufri Usman S.Pdi, berharap SMK ini nantinya dapat menghasilkan lulusan yang islami dengan ilmu pengetahuan yang mumpuni. “Semoga dari SMK ini akan lahir generasi emas di masa mendatang,” ucapnya.

Demikian dengan Menteri PDT, Helmi Faizal Zaini dalam kesempatan itu menilai model pendidikan umum saat ini, belum paripurpa dalam konteks membentuk karakter dan peradaban sosial bagi masyarakat.

Ia mengakui ada banyak ruang kosong yang jika tidak diisi akan terjadi destruksi atau anarki sosial.

Kehadiran SMK Al Kahfi dengan model pendidikan berbasis keagamaan, mampu mengisi ruang kosong tersebut. Bahkan ada tiga hal sekaligus yaitu membentuk masyarakat intelektual, masyarakat sosial dan masyarakat spiritual melandasi.

Inisiator SMK Al Kahfi, Doktor Zulkieflimansyah menyatakan, ide membangun SMK tersebut juga datang dari Dirjen dan baru dikongkritkan saat ini.

Ia mengatakan, jika SMK Al Kahfi mampu melahirkan lulusan yang berbahasa asing, maka mampu mencegah ibu atau saudara perempuannya menjadi TKW. Sebab dengan kemampuan bahasa asing saja, orang bisa mendapatkan pekerjaan. Jika ada keahlian seperti mesin, elektronik ataupun keahlian membuat web design, itu hanyalah bonus. Tanpa keahlian itu juga, minimal yang bersekolah di SMK Al Kahfi menjadi orang yang baik. Tentu dalam jumlah cukup besar sekitar 300 atau 400 siswa setiap tahunnya Al Kahfi menghasilkan orang baik, betapa besar pahalanya. “Semoga ini satu hal kecil yang bisa kita persembahkan untuk memuliakan manusia,” ucapnya.

 

PETANI DAN TIKUS

 

Di bagian lain Doktor Zul menceritakan sebuah kisah antara sepasang petani dan seekor tikus. Di rumah petani ini seekor tikus hidup berbahagia, setiap hari makan sisa-sisa makanan dan segala macam dari sepasang suami istri tersebut. Tikus ini merasa telah memberikan konstribusi pada keseharian petani ini. Tapi suatu hari betapa terkejutnya si tikus ini melihat petani dan istrinya membawa bungkusan besar yang ternyata berisi perangkap tikus. Tikus ini mulai galau, dan berpikir mengapa sudah berkonstribusi hendak disingkirkan. Dengan perangkap itu, sang tikus khawatir akan tertangkap dan terbunuh hingga mengakhiri kehidupannya. Sang tikus inipun datang ke ayam, meminta pendapatnya. Ayam menjawab kalau masalah perangkap itu tidak ada hubungan dengan dia. Tikus kecewa karena ayam yang dia kenal dekat dan bersahabat memberikan jawaban yang tidak memberikan solusi. Selanjutnya tikus menemui kambing dan sapi. Keduanya menjawab hal yang sama sebagaimana ayam. Dengan penuh kegelisahan, tikus kembali ke lubangnya.

Singkat cerita, malam itu seekor ular besar masuk ke rumah petani, dan ekornya terperangkap di perangkap tikus. Esoknya, istri sang petani bangun pagi mengecek perangkap tikus. Tanpa diduga, kakinya tertotok ular. Wajahnya berubah pucak dan sesaat kemudian jatuh tak sadarkan diri. Ketika melihat istrinya lemas, tak berdaya, petani ini berpikir untuk memberikan asupan makanan bergizi agar istrinya kembali pulih. Lalu petani ini memotong ayam untuk membuat sop hangat. Sampai sore, istrinya tak kunjung sehat, sehingga para tetangga berdatangan. Karena banyak yang datang, petani panic karena bingung untuk menyuguhkan sesuatu untuk melayani para tetangga yang cukup ramai. Petani pun memotong kambing dan menghidangkannya kepada para tetangga. Esoknya dengan takdir Allah, istrinya meninggal dunia. Dan satu kampung warga setempat datang melayat. Akhirnya petani ini memotong sapi untuk menyambut dan memberi makan para pelayat. “Satu per satu teman tikus habis dipotong,” cerita Doktor Zul.

Dapat dibayangkan, hanya persoalan perangkap tikus, istri petani meninggal, ayam disembelih, kambing dan sapi dipotong. Hal ini menggambarkan bahwa terkadang satu persoalan misalnya pendidikan, dianggap bukan persoalan bersama. “Jika kita urun rembug dalam satu masalah, Insya Allah akan kita akan mendapatkan cahaya di ujung terowongan,” ucapnya. (*)