Imunisasi Cara Terbaik Cegah Pneumonia

oleh -124 Dilihat

MATARAM, SR (04/10/2017)

Peneumonia merupakan penyakit radang paru-paru yang masih menjadi penyebab kematian nomor dua terbesar di Indonesia. Diperkirakan sekitar 816.500 balita pertahun terserang pneumonia, dan kasus tertinggi dijumpai di NTB. Penyebab penyakit mematikan itu umumnya karena kuman bakteri. Sedangkan cara pencegahan terbaik adalah dengan memberikan imunisasi.

Wakil Gubernur NTB, H. Muh. Amin, SH, M.Si saat Pencanangan Program Demonstrasi Imunisasi Pneumokokus Konyugasi (PVC) di Puskesmas Gunungsari, Selasa (3/10), menegaskan penyuntikan vaksin imunisasi pneumokokus kepada balita merupakan upaya pencegahan penyakit radang paru-paru yang sudah terbukti secara klinis paling efektif dan efisien.

Menurutnya, pemberian imunisasi Pneumokokus Konyugasi (PVC) adalah salah satu cara untuk meningkatkan kualitas kesehatan anak-anak NTB, dalam rangka mewujudkan generasi emas tahun 2025. Karenanya Wagub asal Sumbawa ini meminta dukungan dari semua pihak untuk ikut berpartisipasi menyukseskan pelaksanaan imunisasi pneumokokus tersebut.

“Dalam rangka peningkatan kualitas hidup dan IPM Provinsi NTB, kami membutuhkan kerja sama dari para kepala desa, tokoh agama dan tokoh masyarakat sebagai garda terdepan untuk mewujudkan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas),” ujarnya. Anak yang akan diimunisasi Pneumokokus Konyugasi mulai hari ini adalah anak yang yang berumur 2 bulan danĀ  akan mendapatkan imunisasi DPT-HB-Hib 1. Jadi, mereka akan mendapatkan 2 jenis imunisasi.

Anak dapat dilindungi dari penyakit pneumonia dengan cara menjauhkan anak dari penderita batuk, mencuci tangan pakai sabun serta imunisasi lengkap. Badan kesehatan dunia (WHO) merekomendasikan vaksin Pneumokokus Konyugasi (PCV) untuk dimaksukkan dalam Program Imusasi Nasional terutama pada negara dengan angka kematian balita yang tinggi. WHO menyatakan vaksin PCV aman dan efektif untuk mencegah penyakit Pneumonia.

Baca Juga  Dampak Wabah Corona, Nilai Bantuan Program Sembako Dinaikkan

Selain mencegah Pneumonia, Imunisasi Pneumokokus Konyugasi dapat mencegah penyakit radang selaput otak (meningitis) dan radang telingan tengah (otitis media) yang disebabkan pleh kuman Pneumokokus. Kementerian Kesehatan RI memiliki Program SIAP, Selamatkan BalIta dAri Pneumonia dengan Gerakan Hitung Napas Balita Batuk 1 menit. Batas napas cepat: <2 bulan napas 60 kali atau lebih per menit, 2 bulan-<12 bulan napas 50 kali atau lebih per menit, 12 bulan-59 bulan napas 40 kali atau lebih per menit. Jika, menemukan anak dengan gerakan napas seperti itu, segera bawa ke pelayanan kesehatan terdekat.

Sementara itu, Menteri Kesehatan RI yang diwakili oleh Dirjen. Pencegahan dan Pengen dalian Penyakit (P2P) dr. H. M. Subuh, MPPM mengatakan Provinsi NTB adalah pioner dalam pemberian imunisasi. “Jadi, tolak ukur keberhasilan program imunisasi di Indonesia adalah Provinsi NTB,” ujarnya saat memberikan sambutan pembuka. Ia mengucapkan terima kasih kepada masyarakat NTB dan pemerintah daerah yang telah membantu dalam keberhasilan program imunisasi di NTB. “Sebelumnya proyek demonstrasi imunisasi hepatitis dilaksanakan di NTB dan akhirnya program imunisasi hepatitis bisa diadopsi secara nasional,” jelas Subuh.

Imunisasi Pneumokokus Konyugasi adalah proyek imunisasi ketiga yang dilaksanakan di NTB. Jika ujicoba ini berhasil maka akan diterapkan di seluruh Indonesia. Vaksinasi akan diujicobakan selama 2 tahun. Dengan vaksinasi ini diharapkan dapat menjadikan NTB sebagai daerah bebas penyakit Pneumonia (penyakit infeksi paru-paru).

Dirjen P2P ini mengatakan imunisasi terkait dengan warisan program dan warisan SDM. Imunisasi ini dianggap penting karena berperan sebagai spesific protection dalam melindungi kesehatan bangsa. “Percayalah bahwa setiap program pemerintah, baik pusat, provinsi dan kabupaten tidak ada satupun yang mencelakakan masyarakat. Kita menginginkan program ini untuk tujuan baik terutama dalam membangun SDM Indonesia,” tegasnya.

Baca Juga  Penjabat Sekda NTB Jadi Doktor Ilmu Pemerintahan Pertama di NTB

Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, pada batita atau pada kelompok usia 12-23 bulan prevalensi atau insidens kejadian pneumonia sangat besar, yaitu 21,7 di seluruh Indonesia. “Jika, jumlah batita 10 juta maka ada 2,1 juta batita yang terkena penyakit pneumonia,” jelasnya.

Kementerian Kesehatan memiliki rencana jangka menengah sampai panjang, yaitu sampai tahun 2020 akan menambah 3 imunisasi baru. Saat ini Indonesia hanya memiliki 9 imunisasi dasar. Sedangkan, di negara tetangga Malaysia menerapkan 14 imunisasi dasar. “Kami berharap kepada pemerintah daerah, terutama Kabupaten Lombok Barat dan Lombok Timur untuk sama-sama menyukseskan imunisasi Pneumokokus Konyugasi (PCV),” harapnya. Imunisasi ini meripakan kegiatan yang nantinya akan diadopsi secara nasional.

Sebelumnya, Bupati Lombok Barat Fauzan Khalid dalam sambutan selamat datangnya mengucapkan terimakasih atas dipilihnya Kabupaten Lombok Barat dan Lombok Timur sebagai lokasi imunisasi jenis baru ini. “Saya harap imunisasi PCV ini sebagai bagian dari Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas). Dan menjadi bagian dalam upaya untuk mengurangi kematian pada bayi akibat penyakit pneumonia,” ujarnya.

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi NTB, dr. Nurhandini Eka Dewi selaku ketua panitia melaporkan akan dilaksanakan di 2 kabupaten, yaitu Kabupaten Lombok Timur dan Lombok Barat. Tujuan dilaksanakannya Pencanangan Program Demonstrasi Imunisasi Pneumokokus Konyugasi (PCV) agar masyarakat luas mengetahui adanya imunisasi Pneumokokus Konyugasi (PCV) dan segera membawa anaknya yang berusia di bawah 5 tahun untuk diimunisasi. Setelah acara, Wagub, Dirjen. P2P, Bupati Lombok Tengah mengunjungi lokasi pelayanan imunisasi PCV. (JER/SR)

pilkada mahkota rokok NU
Azzam

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *